Home

Sabtu, 05 Maret 2016

Obat dan Dasar dasar Penyuntikan

TUGAS KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN
" Obat dan Dasar Dasar Penyuntikan"

Pengampu:
Kuswati, S. Kep, Ns, M.Kes







Disusun Oleh :

DEWI AFIDATUL  U           (P27224015100)

D-IV Kebidanan Reguler A Semester II
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA


2015/2016



KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang obat dan dasar dasar penyuntikan.

          
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian tugas ini .

          Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
  agar kami dapat memperbaiki makalah ini .

 Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang obat dan dasar dasar penyuntikan  ini dapat memberikan manfaat maupun ilmu tambahan terhadap pembaca.


                                                                                               Klaten, 25 Februari  2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
Obat diberikan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis dan bentuknya. Obat oral tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, dan cair. Singkatan untuk obat yang di berikan secara oral adalah P.O atau PO (pers os, atau melalui mulut). Obat-obatan oral di absorsi melalui saluran gastrointestinal, terutama pada usus halus. Bentuk molekul obat harus di buat begitu rupa supaya terikat pada situs reseptornya (receptor site). Sebaiknya bentuk obat sesuai dengan bentuk situs reseptornya, seperti halnya anak kunci yang sesuai dengan kuncinya. Tetapi tidak sepenuhnya obat diberikan dengan cara oral,salah satunya dengan cara injeksi.
 Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat suntik.
Suatu sediaan parenteral harus steril karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan obat?
2.      Apa saja jenis jenis obat ?
3.      Bagaimana perbedaan dari macam macam jenis bentuk obat ?
4.      Apa yang dimaksut obat parenteral?
5.      Bagaimana cara pemberiannya?

1.3    Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan penulisan makalah ini adalah:


  • ·         Untuk mengetahui bentuk sediaan obat
  • ·         Untuk mengetahui tujuan dan cara penggunaan masing-masing bentuk sediaan obat
  • ·         Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian  masing-masing bentuk sediaan obat
  • ·         Untuk Mengetahui obat perenteral
  • ·         Untuk mengetahui macam macam bentuk obat dan perbedaannya
  • ·         Untuk mengetahui cara pemberian obat


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN OBAT
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).


B.         BENTUK SEDIAAN OBAT
Bentuk sediaan adalah bentuk formulasi obat hingga didapat suatu produk yang siap untuk diminum atau dipakai oleh penderita supaya tercapai efek terapi yang diinginkan.
1.    Bentuk cair
1.      Obat tetes (guttae/drop) 
Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

2.      Syrup
Merupakan sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali disebutkan lain kadar sakarosanya antara 64% - 66%.

3.      Injeksi (injectiones) 
Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

4.      Obat berbentuk Suspensi
Pemakaian obat jenis ini juga dilarutkan didalam air, namun ada bagian yang tidak larut berupa butiran butiran, contoh umumnya vegeta.

5.      Elikser:Larutan manis yang mengandung alkohol dan air, obat dan penyedap, misalnya eliksir fenobarbiton.

6.      Tinktura: Ekstak tumbuhan atau substansi kimia beralkohol, misalnya tinktura belladonna, tinktura yodium.


2.      Tablet (compressi) 
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a.      Tablet kempa 
paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung desain cetakan.
b.      Tablet cetak 
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
c.       Tablet trikurat 
tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
d.      Tablet hipodermik 
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara orale
e.         Tablet sublingual 
dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah lidah.
f.       Tablet bukal 
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g.        tablet Effervescent 
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h.      Tablet kunyah 
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

3.      Pil (pilulae) 
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

4.      Serbuk (pulvis)
Merupakan campuran kering  bahan obat atau bahan kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Macam serbuk:
-          Serbuk terbagi
-          Serbuk tak terbagi
ü   Serbuk oral tak terbagi
ü   Pulveres adspersorium (bubuk tabur)
ü   Powder for injection ( serbuk)

5.            Kapsul (capsule) 
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan

6.            Pil bersalut gula ( drage)
obat yang disalut dengan bahan penyalut tambahan. Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan dapat terurai begitu ditelan.
Penyalut yang digunakan seperti dengan lapisan gula (tablet salut gula), dengan selaput tipis yang larut atau tidak di dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet (tablet salut selaput), dengan lapisan yang tak larut atau hancur di dalam lambung tapi di usus (tablet salut enterik), manfaat penyalutan ini adalah untuk melindungi obat dari udara dan kelembaban, memberikan rasa, menghilangkan bau dan rasa pahit dari obat, menjaga stabilitas obat yang terurai oleh asam lambung. Kerugian tablet salut gula adalah pengolahannya membutuhkan waktu dan keahlian lebih, menambah berat dan ukuran tablet. 

7.            Suppositoria 
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.

8.            Salep (unguenta) 
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
9.            Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep.

10.        Kaplet (kapsul tablet) 
Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.



C.     PERBEDAAN JENIS OBAT

Tablet
Pil
Bubuk
Kapsul
Bentuk
Dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler
bulat atau bulat telur, dan mengandung berbagai bahan obat
Serbuk
Sediaan padat terbungkus cangkang (lonjong) 
Cara pembuatan
Kempa cetak
Terdiri dari pembuatan massa, pemotongan, dan pembulatan
Dihaluskan dan diayak
Serbuk dimasukkan ke cangkang untuk kapsul
Kelebihan
Lebih stabil,
Dapat disimpan dalam waktu yang lama,
Dapat dibuat seperti permen

Menutupi rasa obat, mudah ditelan,stabil, aksi lambat

Dapat membantu pasien yang sukar menelan tablet atau kapsul, zat aktif yang memiliki volume yang sangat besar.
lebih leluasa memberikan dosis
Mudah ditelan, cepat hancur, bentuk menarik, cangkang tidak berasa
Kekurangan
Pembuatan lama, rasa pahit tidak tertutupi
Kurang cocok untuk reaksi cepat, dapat mengiritasi lambung
Mudah lembab dan pahit tidak tertutupi
Tidak bisa untuk balita, tidak bisa dibagi
Gambar






Pil salut gula
Supositoria
Salep
Pasta
Bentuk
Seperti tablet, permukaan licin/ halus
Sediaan  padat yang dapat melunak pada suhu tubuh
setengah padat berupa massa lunak
setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep)
Cara pembuatan
penyegelan (sealing), penyalutan dasar (subcoating), pembesaran (grossing), pelicinan permukaan (smoothing), penyalutan warna (color coating), pemolesan (polishing), pencetakan cap (printing).
 bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan.
Metode Pelelehan: zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama sampai homogen
Metode Triturasi : zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis

mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak (misal: gliserol)


Kelebihan
Rasa obat tertutupi oleh penyalut, lebih menarik, ada perlindungan fisik atau kimia pada obat
Digunakan untuk obat yang tidak dapat melewati oral, cocok untuk pasien yang tidak dapat menelan, menghindari efek cepat di hati
Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
Sebagai bahan pelumas pada kulit.
Sebagai pelindung untuk kulit Sebagai obat luar

Mengikat cairan sekret (eksudat),Tidak mempunyai daya penetrasi gatal , Lebih melekat pada kulit
Kekurangan
Proses pembuatan lama, terkadang obat menempel satu dengan yang lain

Tidak praktis, daerah absorbs kecil, tidak bias digunakan pada zat yang rusak
Berminyak, kurang stabil dengan air, sulit dibersihkan,  kurang cocok untuk bahan antibiotic
Lebih keras, sukar dioleskan dan kadang nyeri, Sukar dibersihkan
Gambar












D.    PENGERTIAN OBAT PARENTERAL
Obat parenteral ialah memasukan obat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik. ( depkes RI 1994 )
Obat dimasukan ke dalam kulit, dibawah kulit, kedalam otot dan ke dalam vena dan pemberian ini lebih cepat diserap daripada melalui oral. ( WHO 1998 )
Jadi pemberian obat perenteral adalah pemberian obat atau cairan dengan cara dimasukan langsung kedalam kulit, dibawah kulit, kedalam otot ataupun ke dalam vena.


E.     CARA PEMBERIAN OBAT


Macam-macam penyuntikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Semua cara penyuntikan tersebut dapat tergantung dengan kondisi dan keadaan pasien serta sesuai kegunakan obat yang akan di gunakan. Berikut Macam-macam cara penyuntikan
:

RUTE INTRAVENA (IV)
Rute Intravena (IV) memanfaatkan sistem peredaran darah untuk menyebarkan baik cairan, elektrolit, zat makanan maupun obat, termasuk juga darah dan komponen-komponennya. 
Memberikan obat melaui vena secara langsung, di antaranya :
·         vena medianan cubitus / cephalika ( daerah lengan ),
·         vena saphenous ( tungkai ),
·         vena jugularis ( leher )
·         vena frontalis / temporalis di daerah frontalis dan temporal dari kepala.

                                                        


Gb. V. medianan cubiyus/cephalica   



 Gb. V. saphenosus

Gb. Vena Temporalis

Gb. Vena jugularis

RUTE INTRADERMAL/ INTRA CUTAN (IC)
Rute intradermal lebih mengutamakan efek lokal daripada sistemik, dan lebih digunakan untuk tujuan diagnostik seperti pengujian alergi atau tuberkulin atau untuk anestesi lokal.
Lokasi injeksi intracutan biasanya pada lengan bawah bagian dalam,dada atas dan punggung dibawah skapula. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC dan lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.
Untuk memberikan suntikan intradermal digunakan jarum 25G yang ditusukan dengan sudut 10-15 °, bevel up, sampai tepat di bawah epidermis, dan selanjutnya cairan disuntikkan 0.5 ml sampai gembungan muncul di permukaan kulit. Lokasi yang cocok untuk suntikan intradermal sama dengan untuk suntikan subkutan, termasuk juga lengan bagian dalam dan tulang belikat.

Kelebihan : mrnghindari pasien dari alergi obat dan dapat mengetahui diagnosa terhadap suatu penyakit
Kekurangan : ketika melakukan penyuntikan dengan cara ini di tempat yang di suntik biasanya akan muncul benjolan seperti gigitan nyamuk dan apabila benjolan tersebut tidak terjadi maka hasil tidak valid/salah.


Gb. Penyuntikan






Gb. Lengan bawah bagian dalam


Gb. Lokasi penyuntikan intrakutan dan subkutan


RUTE SUBKUTAN (SC)
Rute subkutan digunakan untuk penyerapan obat yang lambat dan berkelanjutan. Biasanya cairan yang diberikan sebanyak 1-2 ml disuntikkan ke dalam jaringan subkutan. Rute ini sangat ideal untuk obat-obatan seperti insulin, yang memerlukan pelepasan obat yang lambat dan stabil, dan juga karena relatif bebas dari nyeri, sangat cocok untuk suntikan yang sering dilakukan.
Suntikan Subkutan dilakukan dengan sudut 45 ° pada kulit yang sedikit diangkat. Namun, dengan adanya jarum insulin yang lebih pendek (5, 6 atau 8 mm), direkomendasi suntikan dengan sudut 90 ° untuk insulin. Pengangkatan kulit dilakukan dengan mencubit kulit untuk mengangkat jaringan adiposa menjauhi otot yang berada di bawahnya, terutama pada pasien kurus.
Gb. Mencubit untuk mengangkat jaringan adiposa

Gb. Lokasi penyuntikan intrakutan dan subkutan

RUTE INTRAMUSKULAR (IM)
Suntikan Intramuskular (IM) merupakan teknik memasukan obat dengan memanfaatkan perfusi otot, memberikan penyerapan sistemik yang cepat dan menyerap dosis yang relatif besar. 
Kelebihan : tidak diperlukan keahlian khusus untuk melakukannya dan dapat dipakai untuk obat yang larut dalam minyak
Kekurangan : rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah dan obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan

Ada lima situs yang tersedia untuk suntikan Intramuskular, yaitu:
  • Otot deltoid lengan atas, yang digunakan untuk vaksin seperti hepatitis B dan tetanus toksoid.
  • Lokasi dorsogluteal memanfaatkan musculus Gluteus maximus. Catatan, ada komplikasi yang terkait dengan lokasi ini, karena ada kemungkinan merusak nervus sciatic atau arteri Gluteal superior jika penusukan jarum salah. Beyea dan Nicholl (1995) melaporkan suntikan ke lokasi dorsogluteal, cairan yang disuntikan lebih sering masuk ke dalam jaringan adiposa daripada otot, dan akibatnya memperlambat laju penyerapan obat.
  • Lokasi ventrogluteal merupakan pilihan yang lebih aman dalam mengakses musculus Gluteus medius. Lokasi ini merupakan lokasi utama untuk suntikan Intramuskular karena menghindari semua saraf utama dan pembuluh darah dan tidak ada komplikasi dilaporkan. Selain itu, jaringan adiposa pada lokasi ventrogluteal memiliki ketebalan yang relatif konsisten, yaitu: 3.75 cm dibandingkan dengan 1-9 cm pada lokasi dorsogluteal, sehingga memastikan bahwa ukuran jarum 21G akan menembus area otot gluteus medius.
  • Vastus lateralis adalah otot paha depan terletak di sisi luar tulang paha. Lokasi ini umunya dipilih pada pasien anak-anak. Resiko yang terkait dengan otot ini adalah cedera pada nervus femoralis dan atrofi otot dikarenakan suntikan yang sering. Beyea dan Nicholl (1995) mengemukakan bahwa situs ini aman untuk pasien anak-anak sampai usia tujuh bulan.
  • Musculus Rektus femoris adalah otot paha anterior yang jarang digunakan, tetapi mudah dicapai jika menyuntik diri sendiri atau untuk bayi.






BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan

1.      Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
2.      Menurut bentuk sediaan obat di bagi :
1)      Bentuk padat: Tablet, serbuk, pil, kapsul, suppositoria.
2)      Bentuk setengah padat: Krim, pasta, gel.
3)      Bentuk cair: Solutiones, Suspensi, Guttae, Injectiones, sirup, eliksir.
4)      Bentuk gas: inhalasi, aerosol.
3.      Obat parenteral ialah memasukan obat tertentu ke dalam jaringan tubuh dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik. ( depkes RI 1994 )

4.       Macam-macam cara penyuntikan
·   Rute Intravena (IV)
·   Rute Intradermal/ Intra Cutan (IC)
·   Rute Subkutan (SC)
·   Rute Intramuskular (IM)

B.       Saran
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat belum begitu sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan masukan yang dapat membangun agar pembuatan makalah berikutnya dapat lebih sempurna.